![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_QaYEyo83S_gN0LBg87TJXf0qNBdrqoOtc2xRH5Op_Q9Cuaz-lvNziaQJbZy67GZTqXypMAdswmlcg_XrOm6mcpHKIajhaI3ZQ_nItuSCv5mqhs3MfBxvy5nu3zuvZHmcBkaXNUg2_zf9/s320/kasih-ibu.jpg)
Lahir sebagi pengikut takdir, akulah seorang penyibuk diri
Tuhan dengan kehendaknya yang sulit tertebak--sulit diubah
Lagi-lagi aku jadi pecandu pagi
Lagi-lagi menjadi seorang pergi
Anak-anak kutinggalkan, beberapa yang lain kutitipkan
Aku seperti kehilangan tawa, juga tangisan
Layar silau dari kertas digital terpancar menyorot mata
Suasana kaku, atasan bersuara keras
Perlahan ketenganku dirampas tegas
Aku ingat, sesuap nasiku ada di sini
Harapan keluarga sampai susu si buah hati
Emosi, ego yang melebihi diri sendiri
Kutahan, pelan-pelan semua kunikmati
Senja tiba, aku ikuti lagi jalan cerita
Kerinduanku memuncak kehabisan kata
Kulihat batang hidup mereka yang menyambut di depan pintu
Semakin jelas, kemudian tanganku dicium, begitu syahdu
Di mana pundak yang melepas lelah?
Aku ingin segera merebah
Sementara bahagiaku semakin larut
Dan esok akan kembali merenggut