Di sepanjang jalan simpang lampu merah
kulihat kanak yang membawa wadah
Dalam lelah sesekali ia bernyanyi dengan suara pekik
dan hanya acuh saja yang datang menampik
Di sebalik jendela mobil-mobil mewah
semua mengabaikan hingga kepala tertunduk ke bawah
Lampu merah yang hanya tinggal beberapa detik
memaksa anak itu berlari dari keramaian panik
Oh, Tuhan...
Sembari menjatuhkan air mata yang tertadah
dalam wadah serupa sebuah cangkir
Terik panas surya yang memanah
dalam bulatan yang bertitik getir
Kemudian ia menyimpan sejuta harap agar teranggap
dalam sebuah wadah yang menadah