TERCIPTAKAN

Kuanggap diriku ini bumi, yang telah rentan dihabiskan sisa usia, dalam setiap kenangan
Di dalamnya Tuhan menciptakan segala rupa; dari mulai gunung--agar diriku tak mudah guncang, lagi-lagi karena kau yang dikenang
Ribuan pohon-pohon yang menjulang adalah penghapus air mata yang biasa jatuh dari awan hitam; perasaanku  yang kelam
Lalu lautan yang sebegitu luas hanyalah sisa-sisa lembab di bola mata yang masih mengendap. Dan tinggal menunggu aba-aba dari hati
Kemudian tak ada yang lebih indah, hanya saja setelah tangisku: Yaitu setelah hujan, adalah ia pelangi yang menyerupai lekuk senyum
Sungguh Tuhan telah menyiapkan semua ini untukku, dan dirimu yang kuanggap kamu hanyalah sebuah waktu.

SAJAK LELAH IBU



Lahir sebagi pengikut takdir, akulah seorang penyibuk diri
Tuhan dengan kehendaknya yang sulit tertebak--sulit diubah

Lagi-lagi aku jadi pecandu pagi
Lagi-lagi menjadi seorang pergi

Anak-anak kutinggalkan, beberapa yang lain kutitipkan
Aku seperti kehilangan tawa, juga tangisan
Layar silau dari kertas digital terpancar menyorot mata
Suasana kaku, atasan bersuara keras
Perlahan ketenganku dirampas tegas
Aku ingat, sesuap nasiku ada di sini
Harapan keluarga sampai susu si buah hati
Emosi, ego yang melebihi diri sendiri
Kutahan, pelan-pelan semua kunikmati

Senja tiba, aku ikuti lagi jalan cerita
Kerinduanku memuncak kehabisan kata
Kulihat batang hidup mereka yang menyambut di depan pintu
Semakin jelas, kemudian tanganku dicium, begitu syahdu
Di mana pundak yang melepas lelah?
Aku ingin segera merebah
Sementara bahagiaku semakin larut
Dan esok akan kembali merenggut